Seperti berbagai wilayah di Indonesia, Papua juga memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri, unik, dan sederhana.
Rumah Honai adalah salah satu rumah adat Papua yang paling terkenal di Indonesia. Tetapi rumah adat Papua bukan cuma Honai saja, lho.
Soalnya ada beberapa rumah adat Papua lainnya yang perlu kamu ketahui juga dari berbagai suku yang mendiami Tanah Papua sejak lama. Nah, kamu bisa cari tahu di sini mengenai beragam rumah adat Papua lainnya.
9 Rumah Adat Papua: Karakteristik Bentuk dan Fungsinya
Rumah adat Papua memiliki ragam bentuk dan fungsi berbeda - WonderVerse Indonesia
Rumah adat Papua merupakan salah satu unsur budaya Papua yang penting. Rumah adat tersebut menjadi bagian penting dari sejumlah suku di Papua yang kebanyakan tinggal di daerah hutan pedalaman Papua yang sangat luas.
Masing-masing suku memiliki tradisi dan budaya yang berbeda-beda, dan karena itulah rumah adat Papua dari setiap suku juga berbeda-beda dari segi fungsi dan bentuk. Misalnya, Rumsram, Ebai, Kariwari, Wamai, dan lain-lain. Berikut ini adalah beberapa rumah adat Papua yang perlu kamu ketahui, di antaranya:
Honai
Honai adalah rumah adat yang paling terkenal di Papua. Honai adalah rumah adat Suku Dani yang berbentuk kerucut dan terbuat dari kayu dan jerami. Honai dibangun di atas bukit-bukit di Lembah Baliem, Papua. Honai memiliki satu pintu di bagian bawah dan satu jendela kecil di bagian atas. Honai digunakan sebagai tempat tinggal dan tempat berkumpul masyarakat Suku Dani.
Rumah Honai merupakan salah satu rumah adat Papua yang begitu populer di Indonesia. Karakteristik Honai adalah dinding rumah yang melingkar selebar 5 meter. Dindingnya terbuat dari kayu disusun sejajar. Rumah adat Papua ini dilengkapi oleh satu pintu masuk terbuka dan tanpa jendela.
Honai adalah rumah adat Suku Dani yang memiliki arti khusus, yaitu ‘hun’ yang berarti laki-laki dan ‘ai’ yang berarti rumah. Nama ini dapat diartikan sebagai rumah khusus laki-laki, khususnya laki-laki dewasa. Rumah ini memilliki makna kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Papua.
Keunikan rumah adat yang sederhana ini terletak pada atapnya yang terbuat dari tumpukan daun sagu, jerami, serta ilalang yang disusun mengerucut setinggi 2,5 meter. Atap Honai didesain sedemikian rupa agar rumah tetap hangat dan mencegah air hujan turun langsung ke dalam rumah.
Di dalamnya, Honai dapat memuat 5-6 orang. Honai sendiri biasanya dibangun di area perbukitan atau di pegunungan Papua yang masih alami dan berhawa dingin. Rumah ini juga dilengkapi dengan area api unggun agar penghuninya dapat menghangatkan badan atau memasak makanan.
Ebei
Rumah adat Papua selanjutnya bernama Ebei. Bentuknya sekilas mirip dengan Honai, tetapi ukurannya lebih kecil dan hanya digunakan oleh perempuan Suku Dani. Ebei biasanya dibangun terpisah dan berdekatan dengan Honai.
Ebei berarti tubuh perempuan, filosofinya adalah tubuh kehidupan bagi semua orang sebelum lahir ke dunia. Anak laki-laki yang masih kecil bisa tinggal di sini hingga beranjak dewasa dan akhirnya pindah ke Honai.
Ebei memiliki desain yang serupa dengan Honai. Bersama dengan Honai, Ebei bermakna satu kesatuan, sehati, dan pemikiran yang sama. Ebei juga menjadi simbol harkat dan martabat Suku Dani.
Kariwari
Rumah adat Papua selanjutnya adalah Kariwari. Rumah adat ini milik Suku Tobati-Enggros yang dibangun di atas panggung. Memiliki bentuk atap segi delapan, rumah adat ini memiliki tiga tingkat. Formasi atap yang demikian diyakini bisaa menjaga suhu rumah tetap stabil atau dari cuaca dingin, terutama saat angin bertiup kencang.
Kariwari yang memiliki tiga tingkat ini berfungsi sebagai tempat melatih remaja laki-laki yang akan beranjak dewasa di lantai dasar. Di lantai dua, fungsinya adalah tempat pertemuan para kepala adat. Di lantai tiga adalah tempat sembahyang pemilik rumah kepada Tuhan dan para leluhur.
Kariwari yang memiliki desain segi delapan ini adalah simbol kedekatan masyarakatnya dengan Sang Pencipta atau leluhur. Kariwari yang terbuat dari kayu besi, daun sagu, bambu, dan material kayu lainnya ini umumnya difungsikan sebagai tempat pendidikan dan ibadah masyarakat Suku Tobati-Enggros.
Jew
Rumah adat Papua berikutnya bernama Jew yang bentuknya melingkar. Rumah ini menggunakan material kayu dan jerami yang dibangun oleh Suku Asmat. Jew memiliki satu pintu dan beberapa jendela di bagian samping. Rumah adat ini difungsikan sebagai tempat tinggal atau tempat berkumpul masyarakat.
Jew memiliki bentuk yang lebih besar dengan panjang 15 meter dan lebar 10 meter. Masyarakat Suku Asmat memanfaatkan akar rotan pilihan untuk menyatukan kayu dengan pondasi rumah.
Jew adalah tempat belajar, yang biasanya digunakan unttuk berlatih keterampilan dan pendidikan seperti menari dan bermain musik. Jew juga dapat difungsikan menjadi tempat bermusyawarah oleh warga suku, upacara adat, dan banyak lagi.
Rumah adat ini juga sering disebut rumah bujang karena hanya bisa ditempati laki-laki yang belum menikah. Anak laki-laki berusia di bawah 10 tahun dan perempuan tidak boleh memasuki Jew.
Hunila
Hunila adalah rumah adat Papua selanjutnya milik Suku Dani. Rumah ini berbentuk memanjang dan lebih luas dari rumah adat Papua lainnya. Hunila kerap digunakan untuk menyimpan peralatan memasak dan bahan makanan. Hunila pun juga berfungsi sebagai dapur umum bersama warga Suku Dani.
Beberapa bahan makanan yang disimpan di dalam Hunila adalah sagu dan ubi. Biasanya, warga suku akan mengantarkan bahan makanan ketika sudah matang itu kepada kepala keluarga masing-masing serta Pilamo atau laki-laki dewasa.
Wamai
Selanjutnya adalah Wamai, rumah adat Papua yang juga bagian dari bangunan khas Suku Dani. Rumah adat ini adalah rumah khusus hewan ternak, mulai dari ayam, kambing, anjing, dan babi.
Wamai memiliki beragam bentuk, seperti lingkaran atau persegi panjang. Wamai juga disesuaikan dengan jumlah hewan ternak Suku Dani yang akan menghuni dalamnya.
Rumsram
Rumsram adalah rumah adat Papua selanjutnya umumnya dibangun di wilayah pesisir utara Papua milik Suku Biak Numfor. Rumah ini memang bukan tempat tinggal, melainkan tempat belajar warga suku khusus laki-laki. Bangunannya berbentuk persegi panjang yang atapnya terlihat seperti perahu terbalik.
Wujud atap yang demikian adalah simbol dari mata pencaharian warga setempat yaitu pelaut. Rumah ini memiliki ketinggian atap antara 6-8 meter yang terbuat dari material bambu air, pelepah sagu, kulit kayu, serta daun sagu.
Rumah Kaki Seribu
Selanjutnya adalah Rumah Kaki Seribu, rumah adat Papua yang dikenal pula sebagai Mod Aki Aksa milik Suku Arfa dari Papua Barat. Disebut kaki seribu karena tiang pondasi untuk rumah adat ini begitu banyak dan terlihat seperti ulat kaki seribu.
Rumah panggung ini memiliki kontruksi kayu vertikal. Sementara deretan kayu yang dipasang horizontal akan mengikat konstruksi dan rumah dengan kuat. Atap bangunannya sendiri terbuat dari rumput ilalang. Sementara lantainya terbuat dari anyaman rotan.
Rumah Pohon
Berikutnya adalah Rumah Pohon, rumah adat Papua yang dibangun di atas pohon. Rumah milik Suku Korowai ini biasanya dibangun dengan ketinggian 15-50 meter dari permukaan tanah.
Pembangunan rumah pohon ini bertujuan untuk menghindari serangan hewan buas serta gangguan roh jahat “Laleo”. Laleo sendiri dipercaya sebagai makhluk jahat atau iblis kejam. Wujudnya seperti mayat dan berjalan di malam hari.
Apa Manfaat dan Kegunaan Rumah Adat Papua?
Fungsi utama rumah adat Papua adalah tempat tinggal. Namun, rumah adat tersebut juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, budaya, dan spiritual.
Keluarga akan berkumpul di dalam rumah adat. Namun, rumah adat akan difungsikan pula sebagai tempat pelaksanaan upacara adat, pertemuan penting, acara pernikahan, hingga acara kematian.
Menilik fungsinya yang beragam, rumah adat di Papua adalah sarana untuk menjalin interaksi antara anggota masyarakat, memperkuat solidaritas, dan kebersamaan mereka.
Oleh karena itu, ragam jenis rumah adat di Papua juga menjadi simbol yang penting bagi kehidupan dan kebudayaan masyarakat Papua.
Ragam bentuk dan fungsi dari setiap rumah adat membuat Papua memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, serta menjadi identitas masing-masing suku di Papua. Kamu bisa mempelajari budaya dan melihat keunikan masing-masing rumah adat ini lewat WonderVerse sambil mengeksplorasi keanekaragaman budaya Indonesia.
WonderVerse adalah platform yang menyediakan pengalaman virtual untuk melihat kebudayaan dan keindahan Indonesia. Bersama WonderVerse, kamu bisa menjelajah alam Indonesia dan melihat ragam hewan khas Indonesia, mengenal beragam budaya dan pakaian adat Indonesia, hingga membeli makanan dan souvenir khas Indonesia.
Yuk, rencanakan liburan impian kamu di Indonesia dengan menjelajahi keajaiban alam Indonesia dari universe lain dengan WondeReal Land. Untuk pengalaman yang lebih terasa, kamu bisa memainkannya dengan bantuan 360 VR.
Melalui WondeReal, kamu bisa memesan semua akomodasi mulai dari tiket pesawat, wisata, hingga transportasi lokal harian. Penasaran seperti apa? Yuk, kunjungi WonderVerse Indonesia Indonesia di halaman ini!