12 Upacara Adat Papua: Tradisi Turun-Temurun yang Unik

Upacara adat Papua dilakukan secara turun-temurun dan telah menjadi tradisi yang rutin dilakukan untuk sebuah perayaan atau seremoni. 

Terdapat makna filosofis mendalam dari masing-masing upacara adat Papua ini, seperti makna kehidupan atau rasa syukur masyarakat yang dilakukan oleh berbagai suku di Papua.

Kamu bisa mengeksplorasi upacara adat Papua maupun tradisi terkait dalam artikel ini untuk menambah wawasan kamu tentang Indonesia.

Apa Nama Upacara Adat di Papua?

Mengenal Ragam Upacara Adat Papua - WonderVerse Indonesia

Upacara adat Papua memiliki keunikan masing-masing - WonderVerse Indonesia

Ada beberapa jenis upacara adat Papua yang penting untuk kamu ketahui demi menambah wawasan tentang budaya Indonesia yang begitu beragam dari setiap daerah. Berikut ini adalah beberapa jenis upacara adat Papua yang perlu kamu ketahui:

  1. Upacara Bakar Batu

    Upacara adat Papua yang cukup populer diketahui masyarakat Indonesia adalah Upacara Bakar Batu. Upacaya ini merupakan tradisi penting di sana, yaitu ritual masak bersama oleh warga satu kampung. Prosesi ini disebut bakar batu karena batu dipanaskan hingga panas membara lalu ditumpuklah berbagai makanan di atasnya.

    Upacara Bakar Batu biasanya dilakukan oleh suku-suku pedalaman di Nabire, Lembah Baliem, Panial, Pegunungan Biintang, Yahukimo, Pegunungan Tengah, dan Dekai. Secara historis, upacara ini biasa dilakukan oleh masyarakat suku di pegunungan tengah Papua yang dilakukan sebagai pesta rakyat membakar daging babi.

    Kini, Upacara Bakar Batu tidak selalu membakar babi. Masyarakat juga membakar daging sapi, kambing, maupun ayam. Upacara ini adalah simbol kesederhanaan masyarakat Papua yang menjunjung tinggi persamaan hak, keadilan, kekompakan, kejujuran, dan perdamaian.

  2. Upacara Wor

    Upacara Wor merupakan salah satu upacara adat Papua yang biasanya dilakukan Suku Biak. Upacara Wor ini merupakan tradisi yang berhubungan dengan kehidupan religius Suku Biak. Tradisi ini begitu melekat dengan masyarakat suku sehingga kehidupan sosial masyarakat Suku Biak seringkali dimulai dengan Wor.

    Wor menjadi sebuah kewajiban yang wajib dijalani anggota Suku Biak. Upacara adat Papua ini dilakukan untuk memohon, mengundang, atau meminta perlindungan kepada penguasa alam semesta dalam kepercayaan masyarakat Suku Biak. Tradisi ini dipercaya mampu melindungi seseorang dalam setiap peralihan siklus hidupnya.

  3. Perkawinan Suku Biak

    Upacara adat Papua berikutnya adalah upacara perkawinan Suku Biak. Masyarakat Suku Biak sendiri memang dikenal gemar menjodohkan anak-anak mereka sejak kecil. Nah, sebelum pernikahan berlangsung, masyarakat Suku Biak akan menjalani rangkaian proses.

    Sejumlah prosesi yang dilakukan sebelum menikah antara lain senepen atau pinangan, fakfuhen atau lamaran, dan pernikahan. Upacara pernikahan Suku Biak pun cukup sederhana, pengantin akan menggunakan pakaian adat dan resepsinya dilakukan di rumah pengantin laki-laki.

    Prosesi pernikahan Suku Biak dimulai dengan saling menyerahan benda pusaka, mulai dari parang, panah, dan tombak. Setelah itu, pengantin akan diberi sebatang rokok yang harus dihisap keduanya secara bergantian bersama iringan doa dan mantera dari tetua suku. Setelah selesai, kedua keluarga akan makan bersama.

  4. Tradisi Snap Mor

    Selanjutnya adalah Snap Mor, sebuah tradisi menangkap ikan di air laut yang surut yang biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Biak. Upacara adat Papua ini dilakukan secara bersama-sama pada bulan Juli hingga Agustus setiap tahunnya.

    Tradisi Snap Mor ini adalah menjadi tanda bahwa Suku Biak memiliki pengetahuan mengenai waktu yang tepat untuk mendapatkan ikan. Tradisi ini juga mengandung nilai kebersamaan dan menjadi bentuk rasa syukur masyarakat Suku Biak atas berkat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga: 14 Tarian Papua yang Sakral dan Penuh Keakraban

  1. Upacara Tanam Sasi

    Upacara Tanam Sasi menjadi upacara adat Papua selanjutnya yang dilakukan oleh Suku Marind-Anim. Suku ini menempati wilayah Kabupaten Merauke, yang kini masuk dalam wilayah Provinsi Papua Selatan. Upacara ini merupakan upacara adat kematian yang menggunakan kayu sasi.

    Kayu sasi digunakan sebagai media utama dalam upacara tersebut. Kayu sasi akan ditanam selama sekitar 40 hari setelah kematian seseorang. Kayu tersebut akan dicabut setelah hari ke-1.000 setelah ditanam. 

    Masyarakat Suku Marind-Anim percaya bahwa ukiran pada kayu sasi memiliki sejumlah makna, mulai dari kehadiran roh leluhur, simbol untuk makhluk hidup, hingga simbol keindahan.

  2. Upacara Kematian Suku Asmat

    Upacara adat Papua selanjutnya adalah Upacara Kematian yang biasa dijalani oleh Suku Asmat. Suku Asmat tercatat sebagai suku dengan populasi terbesar di Papua. Selain upacara kematian ini, Suku Asmat juga memiliki beberapa ritual atau upacara penting lainnya yang biasa dilakukan.

    Masyarakat Suku Asmat memiliki tradisi tidak menguburkan jenazah anggota suku yang meninggal. Jenazah itu biasanya diletakkan di atas perahu lesung dan dibawakan sagu sebagai bekal. Perahu itu kemudian dibiarkan mengalir ke laut dan membiarkan jenazahnya membusuk di atas anyaman bambu.

    Ketika jenazah tadi telah menjadi tulang-belulang, masyarakat suku akan menyimpannya di atas pokok-pokok kayu. Sedangkan tengkoraknya dijadikan bantal oleh anggota keluarganya. Ini merupakan bentuk kasih sayang anggota Suku Asmat terhadap orang yang meninggal.

  3. Upacara Kiuturu Nandauw

    Upacara adat Papua selanjutnya bernama Kiuturu Nandauw, yaitu upacara adat khusus penting yang biasa dilakukan para orang tua untuk anak-anaknya. Upacara adat ini disebut juga sebagai upacara adat Kakarokrorbun, upacara potong rambut pertama kali yang dilakukan anak-anak ketika menginjak usia 5 tahun.

    Anak-anak di Papua biasanya akan melaksanakan rangkaian upacara adat yang menjadi salah satu tradisi secara turun temurun. Setelah mereka dewasa, berkeluarga dan punya anak, anak-anak mereka akan menjalani tradisi yang sama dengan orang tuanya, dan begitu seterusnya.

  4. Upacara Adat Tindik Telinga

    Upacara adat Papua berikutnya adalah Upacara Adat Tindik Telinga. Upacara ini juga dikenal sebagai Ero Era Tu Ura. Upacara ini dilakukan sesuai dengan namanya, yaitu untuk menindik telinga anak-anak yang berusia antara tiga hingga lima tahun.

    Anak yang telinganya akan ditindik akan duduk di tikar dan dikelillingi oleh anak-anak lain yang diundang ke upacara tersebut. Telinga anak itu akan ditindik dengan alat khusus. Upacaranya sendiri dipimpin oleh seorang dukun yang disebut Aebe Siwei dan dihadiri oleh keluarga dari anak tersebut dan para tetangga.

    Tradisi unik ini bertujuan untuk menjaga telinga anak dan berisi harapan bahwa anak yang ditindik dapat mendengarkan suara-suara yang baik saja.

Baca Juga: 9 Rumah Adat Papua yang Unik dari Ragam Bentuk dan Fungsinya

  1. Tradisi Nasu Palek

    Upacara adat Papua berikutnya bisa dibilang cukup ekstrem. Tradisi Nasu Palek ini merupakan sebuah tradisi iris telinga yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dani. 

    Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa duka cita atau kesedihan atas kabar duka atau meninggalnya seorang anggota keluarga. Bagi masyarakat Suku Dani, setiap irisan telinga yang berkurang merupakan bentuk penghormatan kepada ayah, ibu, anak, maupun saudara yang meninggal dunia.

  2. Tradisi Iki Palek

    Tradisi Iki Palek masih memiliki hubungan dengan Tradisi Nasu Palek dari Suku Dani. Tradisi ini menjadi salah satu upacara adat Papua yang penting dan cukup ekstrem. Ini merupakan tradisi potong jari masyarakat Suku Dani sebagai cara untuk menunjukkan kesedihan yang dirasakan.

    Bagi Suku Dani, rasa sakit dari memotong jari dianggap dapat mewakili perasaan sedih saat mengalami kehilangan anggota keluarga. Pasalnya, kehilangan anggota keluarga sama dengan kehilangan sebagian kekuatan.

  3. Tradisi Ararem

    Ararem adalah tradisi dan budaya Suku Biak yang berarti ‘maskawin’. Tradisi ini dilangsungkan dengan maksud mengantarkan maskawin dari calon mempelai laki-laki ke perempuan.

    Uniknya, maskawin ini diantarkan oleh keluarga laki-laki dan rombongan besar yang datang sambil menari dan menyanyi diiringin musik tradisional. 

    Pelaksanaan tradisi Ararem ini bahkan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam!

  4. Tradisi Mansorandak

    Selanjutnya ada tradisi Mansorandak, yaitu upacara adat Papua dari Suku Biak di Teluk Doreri, Manokwari untuk menyambut seseorang yang datang kembali ke Papua setelah merantau lama.

    Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur warga, namun cukup ekstrem. Dalam prosesinya, orang yang datang kembali itu akan menginjak piring.

    Ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa prosesi injak piring akan mengusir roh-roh jahat yang ikut bersama mereka selama di perjalanan.

Baca Juga: Menikmati Keindahan Raja Ampat yang Memukau dari Dekat

Upacara adat Papua itulah yang perlu kamu ketahui untuk menambah wawasan kamu tentang Indonesia yang memiliki ragam budaya dan tradisi. Kamu bisa mengetahui beragam upacara adat Papua ini ketika mengunjungi Tanah Papua maupun menjelajahi indahnya alam Papua bersama WonderVerse Indonesia.

WonderVerse adalah platform yang menyediakan pengalaman virtual untuk melihat kebudayaan dan keindahan Indonesia. Bersama WonderVerse, kamu bisa menjelajah alam Indonesia dan melihat ragam hewan khas Indonesia, mengenal beragam budaya dan pakaian adat Indonesia, hingga membeli makanan dan souvenir khas Indonesia.

Yuk, rencanakan liburan impian kamu di Indonesia dengan menjelajahi keajaiban alam Indonesia dari universe lain dengan WondeReal Land. Untuk pengalaman yang lebih terasa, kamu bisa memainkannya dengan bantuan 360 VR. 


Melalui WondeReal, kamu bisa memesan semua akomodasi mulai dari tiket pesawat, wisata, hingga transportasi lokal harian. Penasaran seperti apa? Yuk, kunjungi WonderVerse Indonesia Indonesia di halaman ini!

news highlight