8 Tradisi Unik dalam Kebudayaan Aceh yang Penuh Rasa Syukur

Kebudayaan Aceh begitu kaya dengan setiap unsur budaya yang memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing.

Kebudayaan Aceh bisa begitu kaya karena beberapa warisan kebudayaan telah berbaur di sana dari berbagai wilayah seperti Arab, Melayu, India, China, dan banyak daerah lainnya di masa lampau.

Kebudayaan Aceh juga begitu kompleks karena wilayah Aceh sendiri sejak lama dikenal sebagai pintu gerbang dan jalur lalu lintas perdagangan dari barat dan timur. 

Yuk, simak pembahasan mengenai kebudayaan Aceh yang penting dalam khazanah kebudayaan Indonesia berikut ini.

Sejarah Suku Aceh

Sejarah Suku Aceh - WonderVerse Indonesia

Kebudayaan Aceh memiliki sejarah panjang peradaban yang unik - WonderVerse Indonesia

Aceh merupakan pintu gerbang kebudayaan timur dan barat serta lalu lintas perniagaan sejak berabad-abad silam.

Alasannya tentu karena Aceh menempati posisi yang strategis di ujung utara Pulau Sumatra. Aceh juga menjadi tempat pertemuan dan persinggahan para pedagang dari China, India, Eropa, dan Arab.

Seiring waktu, pedagang dari berbagai wilayah yang singgah ke Aceh mulai memperkenalkan ajaran agamanya kepada penduduk Aceh.

India mulai memperkenalkan ajaran Hindu dan Buddha pada abad ke-7. Barulah pada abad ke-9, penduduk Aceh diperkenalkan ajaran Islam oleh pedagang dari Gujarat dan Arab.

Berdasarkan catatan sejarah, ajaran Islam kian meluas di Aceh hingga berdirilah kerajaan Islam pertama di Nusantara yang dibangun oleh Meurah Silu yang bergelar Malik Al-Saleh bernama Samudra Pasai.

Kerajaan itu berdiri tahun 1267 yang berpusat di daerah yang kini menjadi Kota Lhoksumawe, Kabupaten Aceh Utara.

Aceh mendapat julukan “Seuramo Mekkah” atau “Serambi Mekkah” tepat setelah Sultan Iskandar Muda berhasil mempersatukan beberapa wilayah di pantai barat dan timur Pulau Sumatra hingga Semenanjung Malaka pada awal abad ke-17 silam.

Wilayah Aceh kerap diserang dari berbagai kerajaan kuat lainnya, mulai dari serangan dari Kerajaan Majapahit, Kerajaan Chola, Kerajaan Sriwijaya, hingga gempuran dari orang-orang Eropa yang telah lama mengincar Aceh.

Beberapa kekuatan dari Eropa yang ikut menggempur Aceh seperti Portugis, Inggris, Prancis, hingga Belanda.

Wilayah Aceh sempat menjadi wilayah administratif Hindia Timur Belanda atau Nederlansch Oost-Indie. Aceh pun menjadi wilayah karesidenan hingga akhir masa kekuasaan kolonial Belanda di Indonesia.

Aceh yang damai juga kerap menjadi saksi bisu pertempuran para pejuang Aceh mengusir penjajahan oleh sejumlah tokoh sejarah penting asal Aceh.

Akhirnya, Aceh pun menjadi bagian dari Indonesia setelah menyatakan kemerdekaan pada tahun 1945.

Aceh sempat menjadi wilayah Karesidenan Aceh pada tahun 1947, menjadi daerah administratif Sumatera Utara. Kemudian Aceh mendapatkan status “Daerah Istimewa” pada tahun 1959.

Hingga tahun 2002 yang berganti lagi menjadi Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Provinsi tersebut kemudian berganti lagi statusnya menjadi Provinsi Aceh pada tahun 2009 lalu.

Baca Juga: 7 Lagu Daerah Aceh: Suara Hati Masyarakat yang Sarat Tradisi

Apa Saja Ciri Khas Daerah Aceh?

Ciri Khas Suku Aceh - WonderVerse Indonesia

Kebudayaan Aceh memiliki ciri khas bahasa, rumah adat, dan banyak lagi - WonderVerse Indonesia

Berkat keanekaragaman budaya yang singgah di tanah rencong sejak berabad-abad lalu, Aceh jadi semakin kaya akan budaya. Pengaruh budaya India, Barat, Melayu, dan Islam membuat provinsi ini memiliki ciri khas yang unik. Beberapa ciri khasnya seperti:

  • Bahasa Aceh

    Bahasa Aceh merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan oleh penduduk Aceh, mulai dari wilayah pesisir timur dan barat, wilayah kepulauan, hingga di pedalaman Aceh. 

    Bahasa Aceh merupakan bagian dari kebudayaan Aceh, hasil percabangan bahasa Melayu-Polinesia dan Austronesia. Sebagian besar kosa katanya banyak diserap dari bahasa Arab dan Melayu.

  • Senjata tradisional

    Dalam kebudayaan Aceh, terdapat senjata tradisional Aceh yang bernama rencong. Senjata tradisional ini mendapatkan pengaruh dari senjata tikam dari kebudayaan Dong Son, Vietnam. 

    Rencong adalah simbol untuk identitas rakyat Aceh, kehormatan, keberanian, pertahanan diri dan kepahlawanan rakyat Aceh dari generasi ke generasi masyarakat Aceh.

    Rencong dikisahkan sebagai senjata yang digunakan pendiri Kesultanan Aceh, Sultan Ali Mughayat Syah ketika berperang melawan Portugis di abad ke-16 silam. 

    Rencong juga digunakan oleh sebagian besar pejuang untuk mengusir kolonialisme dari Aceh, seperti Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, hingga Cut Nyak Dhien.

  • Makanan khas Aceh

    Kebudayaan Aceh juga bisa ditelusuri dari kekayaan kulinernya yang khas dan menggugah selera.

    Beberapa makanan khas Aceh mulai dari ungkot kemamah, ayam tangkap, sie itek, kuah pliek, kuah beulangong, mi jalak sabang, dan banyak lagi. Deretan makanan ini begitu nikmat dengan cita rasa yang khas.

  • Rumah adat Aceh

    Kebudayaan Aceh juga melahirkan kebudayaan yang ditampilkan lewat rumah adatnya yang unik dan khas.

    Rumah adat Aceh bernama Rumoh Aceh, yaitu jenis rumah panggung dengan ketinggian 2,5 hingga 3 meter dari tanah. Secara keseluruhan, bangunan rumah adat ini terbuat dari kayu. 

    Terdapat ciri khas ornamen pada bagian dinding dan bagian fasadnya. Dari luar, jumlah tiangnya akan tampak banyak.

    Umumnya, Rumoh Aceh memiliki tiga ruang yang disangga setidaknya 16 tiang. Sementara jika terdapat lima ruang, Rumoh Aceh akan disangga 24 tiang kayu. 

    Ruang-ruang di dalamnya dibagi untuk beristirahat, bermusyawarah, dan ruang tamu. Ada juga ruang untuk persediaan bahan makanan di bagian kolong rumah. 

    Rumoh Aceh juga bertipe rumah panggung untuk melindungi penghuni dari serangan hewan buas, atau dari bencana alam seperti banjir atau luapan air laut.

  • Tarian adat Aceh

    Dalam kebudayaan Aceh, terdapat sejumlah tarian adat yang bahkan cukup terkenal di Indonesia.

    Deretan tarian adat Aceh yang cukup terkenal seperti Tari Saman yang dilakukan secara berkelompok dengan gerakan khas penuh semangat sambil menepuk-nepuk tangan, dada, dan paha tanpa iringan musik.

    Selain Tari Saman, terdapat sejumlah tarian lainnya seperti Tari Seudati, Tari Likok Pulo, Tari Labehaten, Tari Siwah, Tari Raok Duek, Tari Ranub Lampuan, dan ragam tarian-tarian khas lainnya yang unik dan menarik.

  • Lagu daerah

    Kebudayaan Aceh turut melahirkan sejumlah lagu daerah, yang tentunya menggunakan bahasa Aceh. Salah satu lagu daerah dari Aceh yang cukup terkenal adalah Bungong Jeumpa dan Piso Surit

    Beberapa lagu daerah Aceh lainnya seperti Aceh Lon Sayang, Sepakat Segenap, Aneuk Yatim, Tawar Sedenge, hingga Lembah Alas.

Baca Juga: 11 Alat Musik Aceh dengan Beragam Fungsi yang Penting

Apa Saja Tradisi Adat Aceh?

Tradisi Khas Suku Aceh - WonderVerse Indonesia

Kebudayaan Aceh memiliki beberapa tradisi yang masih dilestarikan - WonderVerse Indonesia

Kebudayaan Aceh begitu kental akan tradisi khas yang masih dilestarikan oleh masyarakat Aceh hingga saat ini. Berikut adalah beberapa tradisi khas Suku Aceh:

  • Peusijuek 

    Peusijuek merupakan upacara adat orang Aceh yang akan melangsungkan acara pernikahan, berangkat haji, kelahiran, hingga kematian. Upacara adat ini bertujuan mengungkapan rasa syukur dan berdoa demi kelancaran, keselamatan, dan keberkahan dari masing-masing hajat.

  • Jak Ba Tanda

    Jak Ba tanda merupakan tradisi khas Aceh yang menjadi kelanjutan dari proses lamaran atau Ba Ranup. Tradisi ini dipengaruhi oleh kebudayaan Arab dan India. Keluarga laki-laki biasanya akan mengantarkan makanan khas, buah-buahan, hingga perhiasan.

    Jika lamaran diterima, keluarga laki-laki akan melakukan peukong haba atau pembicaraan dengan keluarga perempuan soal meugatib atau kapan acara pernikahan akan berlangsung, jumlah mahar, hingga tamu yang diundang.

  • Meugang

    Meugang adalah tradisi upacara adat yang digelar untuk menyambut bulan suci Ramadhan, hari raya Idulfitri, dan hari raya Iduladha. Dalam tradisi ini, masyarakat akan berkumpul untuk memasak daging yang nantinya akan dimakan bersama-sama. 

    Meugang telah lama menjadi wadah masyarakat Aceh untuk menjalin silaturahmi dan mempererat kekeluargaan. Para perantau biasanya juga akan pulang untuk hadir dan ambil bagian dalam tradisi ini dan berkumpul bersama keluarga.

  • Uroe Tulak Bala 

    Uroe Tulak Bala adalah upacara adat memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk melindungi mereka dari mara bahaya pada bulan Safar. Masyarakat Aceh percaya bahwa bulan Safar identik dengan musim pancaroba. 

    Masyarakat akan datang ke sungai, pantai, atau beberapa tempat lainnya untuk berdoa dan makan bersama. Selain berdoa dan makan bersama, beberapa daerah di Aceh juga menggelar acara ini sambil mandi kembang bersama demi membuang aura negatif.

  • Peutron Aneuk

    Tradisi selanjutnya dalam kebudayaan Aceh adalah Peutron Aneuk, yaitu tradisi untuk menyambut kelahiran bayi. Biasanya, tradisi ini digelar ketika seorang anak berusia 44 hari, 3 bulan, 5 bulan, hingga 7 bulan.

    Tradisi ini dipimpin oleh tokoh adat yang disajikan pula air zamzam, kurma, ayam panggang, dan buah-buahan.

    Setelah tokoh adat membacakan doa-doa, anak atau bayi akan mencicipi beragam macam rasa ke lidahnya agar indera perasanya lebih sensitif.

    Dalam kebudayaan Aceh, jika bayi belum melaksanakan tradisi ini, maka dianjurkan untuk tidak keluar rumah.

  • Kenduri Blang

    Kenduri blang merupakan upacara yang kerap digelar di area persawahan. Masyarakat menyebut upacara ini dengan nama “Treun U Blang” atau turun ke sawah.

    Tradisi ini penting dilakukan, khususnya bagi penduduk Desa Gle Jong, Aceh Jaya. Upacara ini adalah memohon kelancaran dan perlindungan pada Tuhan Yang Maha Kuasa agar padinya tumbuh subur.

    Upacara ini digelar penduduk desa ketika musim bercocok tanam datang oleh hampir semua masyarakat di Aceh. Padi adalah tanaman penting, dan mereka akan melakukan upacara ini terlebih dahulu.

  • Seumuleung

    Upacara Seumuleung juga kerap digelar di Desa Gle Jong, Aceh Jaya. Upacara ini digelar untuk memberi penghormatan dan mengenang jasa-jasa Po dan Nyak Po.

    Makna dari digelarnya tradisi ini adalah baju kebesaran yang dikenakan oleh seseorang. Baju kebesaran itu akan disapu oleh orang yang menderita suatu penyakit agar segera sembuh.

  • Troun U Laot

    Troun U Laot adalah upacara yang berarti kenduri laut, atau turun ke laut. Tujuannya adalah bersyukur dan berdoa agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan kemudahan rezeki.

    Upacara ini umumnya dilakukan para nelayan setiap setahun sekali, dan umum digelar di Ujung Pusong, Aceh Jaya serta Ujong Blang, Kota Lhoksumawe.

    Tradisi kenduri laut ini begitu melekat dalam kebudayaan Aceh. Bagi para nelayan atau warga pesisir pantai di Aceh, akan ada ritual yang kurang jika upacara ini tidak digelar.

Baca Juga: 12 Makanan Khas Aceh yang Kaya Rempah!

Baju Adat Suku Aceh

Baju Adat Suku Aceh - WonderVerse Indonesia

Kebudayaan Aceh juga memiliki ciri khas dari baju adatnya - WonderVerse Indonesia

Kebudayaan Aceh juga memiliki baju adat yang khas, sebagai simbol identitas masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi adat istiadat.

Baju adat Aceh untuk laki-laki disebut Linto Baro dan baju adat perempuan bernama Daro Baro. Berikut penjelasannya:

  • Daro Baro

    Baju adat Aceh untuk perempuan bernama Daro Baro. Pakaian adat ini adalah satu set pakaian adat yang terdiri dari penutup kepala, baju kurung, celana, perhiasan, bros, dan detail-detail lainnya.

    Warna-warna untuk baju kurung Daro Baro mulai dari ungu, merah, kuning, dan hijau.

    Dalam kebudayaan Aceh, perempuan Aceh akan tampak cantik dan mempesona dengan satu set Daro Baro.

    Setelan tersebut terdiri terdiri dari baju kurung, sarung, sileuweu atau celana cekak musang, dan ragam hiasan seperti patam dhoe, piring dhoe, keureusang, subang aceh, untai peniti, simplah, dan culok ok. 

  • Linto Baro

    Sementara untuk laki-laki terdapat baju adat Aceh bernama Linto Baro. Baju adat Aceh ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu penutup kepala, baju, celana, ragam hiasan lain, serta senjata tradisional rencong.

    Satu set Linto Baro terdiri dari meukeutop atau penutup kepala, baju meukeusah, sileuweu, kain sarung, siwah, dan rencong.

    Linto Baro umumnya dikenakan lelaki Aceh untuk menghadiri acara pernikahan, acara adat, peringatan hari besar, dan acara formal lainnya.

  • Baju Aceh Gayo

    Satu lagi adalah Baju Aceh Gayo yang telah menjadi pakaian tradisional masyarakat Gayo dan belum mengalami perubahan.

    Baju adat ini masih mempertahankan unsur-unsurnya yang secara umum terdiri dari kemeja putih, celana, sarung, ponok, genit rante, cincin, gelang, dan tanggang.

    Ada dua jenis Baju Aceh Gayo, yaitu Ineun Mayok untuk perempuan dan Aman Mayok untuk laki-laki.

    Ineun Mayok memilliki pengaruh budaya Islam yang kuat dengan beberapa bagian seperti baju, celana, sarung pawak, ikat pinggang, dan dilengkapi perhiasan serta beberapa aksesoris lainnya.

Baca Juga: 11 Senjata Tradisional Aceh, Warisan Budaya Tanah Rencong

Itu dia sejumlah hal yang penting untuk kamu ketahui mengenai kebudayaan Aceh yang amat beragam.

Bermula dari sejarah lalu lintas perdagangan hingga masyarakatnya yang terus melestarikan kebudayaan Aceh yang unik dan beragam. Yuk, terus tambah wawasan kamu tentang Indonesia bersama WonderVerse Indonesia.

WonderVerse adalah platform yang menyediakan pengalaman virtual untuk melihat kebudayaan dan keindahan Indonesia. Bersama WonderVerse, kamu bisa menjelajah alam Indonesia dan melihat ragam hewan khas Indonesia, mengenal beragam budaya dan pakaian adat Indonesia, hingga membeli makanan dan souvenir khas Indonesia.

Yuk, rencanakan liburan impian kamu di Indonesia dengan menjelajahi keajaiban alam Indonesia dari universe lain dengan WondeReal Land. Untuk pengalaman yang lebih terasa, kamu bisa memainkannya dengan bantuan 360 VR. 

Melalui WondeReal, kamu bisa memesan semua akomodasi mulai dari tiket pesawat, wisata, hingga transportasi lokal harian. Penasaran seperti apa? Yuk, kunjungi WonderVerse Indonesia Indonesia di halaman ini!

news highlight