8 Tradisi Budaya Suku Bugis yang Sakral dan Penuh Warna

Suku Bugis termasuk salah satu suku tertua di Indonesia. Suku ini memiliki riwayat sejarah yang cukup panjang di Pulau Sulawesi dan terus berkembang hingga sekarang. 

Suku ini memiliki karakteristik hingga kebudayaan yang khas dan turut memperkaya khazanah keragaman kebudaayan Indonesia.

Kamu bisa mempelajari beragam tradisi budaya, sejarah, serta ciri khas Suku Bugis dalam artikel ini untuk memperluas wawasan kamu tentang Indonesia.

Dari Mana Asal Suku Bugis?

Sejarah Suku Bugis - WonderVerse Indonesia

Suku Bugis memiliki sejarah peradaban yang panjang di tanah Sulawesi - WonderVerse Indonesia

Dari mana asal suku Bugis? Suku Bugis diyakini telah menghuni sebagian wilayah Indonesia sekitar tahun 500 SM.

Nenek moyangnya berasal dari etnis Deutro Melayu atau Melayu muda yang berasal dari bangsa Austronesia asal Yunan, China bagian selatan. Setelah beberapa generasi, lahirlah Suku Bugis yang berasal dari kata “To Ugi”, berarti ‘orang Bugis’.

Istilah “Ugi” dari To Ugi tadi mengacu pada nama raja pertama dari Kerajaan Cina, La Sattumpugi. Wilayah Kerajaan Cina kini masuk dalam Kabupaten Wajo.

Nah, rakyat Kerajaan Cina tersebut menamai kelompok mereka sebagai To Ugi yang bisa diartikan juga sebagai pengikut Raja La Sattumpugi.

Dalam sejarah Suku Bugis juga tercatat bahwa sang raja memiliki putri bernama We Cudai yang kemudian menikah dengan pangeran dari kerajaan Luwu bernama Sawerigading.

Mereka pun memiliki anak bernama La Galigo yang setelah dewasa menulis karya sastra sepanjang 9.000 halaman berjudul I La Galigo.

Karya sastra ini berisi tentang asal-usul penciptaan manusia menurut tradisi dan sejarah kelahiran Suku Bugis di Sulawesi.

Keturunan raja La Sattumpugi, anak, dan cucunya kemudian tersebar ke berbagai daerah di Sulawesi kuno. Mereka menyebar ke sejumlah daerah seperti Soppeng, Suppa, Wajo, Sidenreng, Bone, Rappang, dan Sawitto. 

Mereka mendirikan kerajaan, memperluas wilayah, kebudayaan, hingga membuat aksara sendiri.

Di masa-masa selanjutnya, Suku Bugis terus berkembang, menjalin hubungan, atau menikahkan keturunan-keturunannya dengan suku-suku lain, seperti Suku Makassar dan Suku Mandar.

Kini, Suku Bugis menempati sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan, mulai dari Bone, Sinjai, Sidrap, Pinrang, Barru, Parepare, Bulukumba, Sopeng, Wajo, dan Luwu. 

Suku Bugis bahkan juga tinggal di banyak wilayah di Indonesia seperti Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, Papua, dan lain-lain.

Baca Juga: Badik Bugis, Senjata Tradisional yang Unik dan Sakral

Apa Saja Ciri Khas Suku Bugis?

Ciri Khas Suku Bugis - WonderVerse Indonesia

Suku Bugis memiliki ciri khas tersendiri, terutama tradisi merantau - WonderVerse Indonesia

\Suku Bugis merupakan salah satu suku terbesar di Pulau Sulawesi. khususnya di Sulawesi Selatan. Dikenal memiliki catatan sejarah yang panjang, Suku Bugis juga memiliki ciri khas, antara lain:

  • Kelebihan masyarakatnya

    Masyarakat Suku Bugis memiliki bekal yang sangat berguna untuk kehidupan mereka di tanah rantaunya, yaitu kemampuan beradaptasi. Mereka juga baik dalam hal perdagangan, pertanian, kelautan, dan perikanan.

    Masyarakat Suku Bugis menganut nilai-nilai budaya “Siri na Pesse” atau harga diri dan keras yang berarti harus pandai mengatur dan mengolah emosi dalam kepedihan atau kesulitan yang dialaminya. 

    Nilai budaya inilah yang dipegang sebagai pedoman hidup dan ditanamkan orang tua kepada anak dan cucunya. Orang Bugis yang tidak menganut nilai ini dianggap seperti tidak memiliki rasa malu dan harga diri.

  • Budaya merantau

    Orang Bugis terkenal karena apa? Suku Bugis terkenal dengan kebiasaan merantau ke wilayah lain.

    Mereka meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke berbagai daerah lain di Indonesia bahkan hingga luar negeri.

    Budaya merantau ini telah ditanamkan ke anak-cucu keluarga Suku Bugis sejak abad ke-17 silam. Mereka merantau menggunakan kapal phinisi yang sistem tali layarnya masih dilestarikan hingga sekarang.

  • Bahasa dan aksara Suku Bugis

    Suku Bugis berkomunikasi menggunakan bahasa dan aksara tersendiri. Bahasa dan aksara ini disebut Lontara, yang dulunya ditulis pada daun-daun lontar dengan tinta hitam. 

    Bahasa ini juga masih digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari sampai sekarang. Selain itu, terdapat beberapa dialek seperti Bone, Makassar, Soppeng, Wajo, Maiwa, dan banyak lagi.

  • Pelaut ulung

    Orang Bugis pun terkenal sebagai pelaut ulung. Mereka telah mengarungi samudera menuju negeri asing sejak lama dan rela meninggalkan tanah leluhur serta menanggalkan semua atribut.

    Orang Bugis menguasi pesisir timur hingga selatan Sumatera di masa silam. Kemampuan berdagangnya membuat mereka dapat mengendalikan dan mengontrol semua perdagangan.

    Hebatnya lagi, Suku Bugis pun mampu menguasai jalur pelayaran Selat Malaka sampai ke pesisir utara Pulau Kalimantan. 

    Beberapa kerajaan Melayu pun sempat meminta perlindungan dan pengamanan di wilayahnya oleh Suku Bugis.

    Kemampuan inilah yang membuat masyarakat Bugis diakui sebagai penguasa lautan di Asia Tenggara dan disegani pedagang, pelaut, bahkan bajak laut. 

    Berbagai kerajaan khususnya kerajaan Melayu meminta perlindungan untuk melakukan pengamanan.

  • Agama dan sistem kepercayaan

    Sekitar 97% masyarakat Bugis adalah penganut agama Islam seccar taat sebagai sebuah kepercayaan.

    Selain Islam, masih banyak juga masyarakat Bugis yang menjalankan praktik kepercayaan bernama Attoriolong, yaitu kepercayaan nenek moyang Suku Bugis sebelum masuknya ajaran Islam.

    Kepercayaan ini masih dijalani Komunitas Tolotang yang berada di Kabupaten Sidrap dan Komunitas Ammatoa Kajang yang berada di Bulukumba.

    Praktik kepercayaan attoriolong ini antara lain seperti mappanre galung atau memberi makan sawah, maccera tasi' atau memberi persembahan pada laut. 

    Ada juga massorong sokko patanrupa atau memberikan persembahan kepada dewa berupa empat macam beras ketan dan beberapa praktik lainnya.

Baju Adat Suku Bugis

Baju Adat Suku Bugis - WonderVerse Indonesia

Suku Bugis memiliki baju adat tertua di dunia bernama baju bodo - WonderVerse Indonesia

Berikut ini adalah beberapa baju adat Suku Bugis yang perlu kamu ketahui. Salah satunya termasuk baju adat tertua di dunia, lho. Simak daftar berikut:

  • Baju Bodo

    Baju Bodo adalah baju adat Suku Bugis yang awalnya terbuat daari kain transparan dan cukup tipis. Namun, baju bodo mengalami perubahan desain setelah pengaruh ajaran Islam masuk ke Sulawesi.

    Ciri khasnya tetap bertahan dengan potongan berbentuk segi empat dan potongan lengan pendek.

    Baju bodo menjadi salah satu baju adat tertua di dunia sejak abad ke-9 silam. Baju adat ini menjadi ciri khas perempuan Bugis.

    Biasanya baju bodo menggunakan bahan dengan warna terang untuk menunjukkan identitas, usia, hingga status sosial. Baju bodo dipadukan dengan kain sarung motif kotak-kotak sebagai bawahannya.

  • Jas tutu

    Jas tutu adalah baju adat Suku Bugis untuk laki-laki, yaitu berupa jas tradisional panjang berkerah.

    Ada lengan panjang yang menutup pergelangan tangan dan dipadukan dengan bawahan paroci atau celana, kain sarung, dan songkok sebagai penutup kepala. 

    Desain jas tutu begitu elegan, dihiasi kancing-kancing emas atau perak pada area kerahnya. Pakaian ini juga semakin lengkap jika mengenakan penutup kepala bernama songkok pa’biring.

  • Lipa sabbe

    Berikutnya lipa sabbe yang merupakan sarung tenun penting bagi kebudayaan Suku Bugis-Makassar. Pakaian adat ini adalah simbol kekayaan budaya bernilai tinggi Suku Bugis.

    Sarung ini terbuat dari kain sutera yang ditenun dengan cermat untuk membuat corak warna cerah serta menjadi pelengkap baju adat Bugis-Makassar.

  • Baju labbu

    Baju labbu adalah baju adat Suku Bugis yang sekilas mirip dengan baju bodo. Bedanya, baju adat ini berlengan panjang dan agak ketat di area lengan.

    Bahan pembuatannya adalah kain sutera tipis yang tidak menerawang dan dilengkapi aksesoris seperti perhiasan lempengan emas atau perak.

    Baju labbu dulunya kerap dikenakan para perempuan bangsawan dari Kerajaan Luwu. Namun kini, baju labbu bisa dikenakan perempuan kalangan manapun tanpa batasan usia atau status sosial.

    Pakaian ini juga kerap dijadikan busana pengantin maupun untuk menghadiri acara formal atau acara adat.

Baca Juga: 13 Makanan Khas Suku Bugis, Melegenda karena Kelezatannya

Apa Saja Kebudayaan Suku Bugis?

Kebudayaan Suku Bugis - WonderVerse Indonesia

Suku Bugis punya ragam tradisi budaya yang unik dan penuh persaudaraan - WonderVerse Indonesia

Berikut ini sejumlah tradisi budaya yang mengakar kuat pada masyarakat Suku Bugis. Beberapa tradisi penting yang perlu kamu ketahui seperti:

  • Mappalette bola

    Masyarakat Suku Bugis memiliki tradisi gotong royong seperti halnya suku-suku lain di tanah air. Nah, salah satu tradisi itu bernama mappalette bola atau tradisi pindah rumah. Prosesi memindahkan rumah adat ini adalah mengangkat bangunan rumah yang melibatkan puluhan hingga ratusan laki-laki.

    Tradisi ini dipimpin tetua adat yang memimpin doa, membaca mantra, serta memberi aba-aba sebelum rumah benar-benar diangkat bersama-sama. Sementara perempuan Suku Bugis akan menyiapkan berbagai makanan setelah prosesi ini selesai.

  • Mappacci

    Selanjutnya mappacci, adat dalam pernikahan Suku Bugis yang dilakukan tepat sebelum prosesi ijab kabul atau akad nikah. Mappacci dimaksudkan untuk membersihkan segala hal yang menghambat pernikahan dengan peralatan pacci, daun kelapa, daun pisang, bantal, gula, sarung sutera, lilin, dan lain-lain. 

    Mappacci biasanya dihadiri keluarga yang membawa peralatan-peralatan tadi. Prosesi ini diwariskan turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi ini juga diselipkan sebuah nasehat yang baik bagi kedua mempelai yang akan menikah.

  • Mattojang

    Tradisi unik berikutnya dari Suku Bugis bernama mattojang. Tradisi ini cukup menarik karena berfungsi sebagai ritual pemujaan atau persembahan kepada manusia pertama dalam mitologi Suku Bugis. Mattojang juga bermakna hiburan dan ajang uji nyali.

    Dalam kultur Bugis, mattojang berarti permainan berayun-ayun yang erat kaitannya dengan legenda masyarakat Bugis tentang proses turunnya manusia pertama Batara Guru dari Botting Langi’ atau negeri khayangan ke Bumi. Masyarakat Bugis percaya bahwa Batara Guru turun ke Bumi menggunakan ayunan emas atau Tojang Pulaweng.

  • Mappadendang

    Tradisi kebudayaan Suku Bugis berikutnya adalah mappadendang, yaitu tradisi mengucapkan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas panen raya. Tradisi ini identik dengan tradisi menggunakan lesung untuk menumbuk gabah.

    Tradisi ini juga sarat nilai magis, karena nantinya bahan pangan itulah yang akan menyatu ke dalam tubuh manusia. Tradisi ini digelar di lapangan terbuka dan dimulai pada sore atau malam hari. Tradisi ini juga menjadi cara memupuk persaudaraan.

  • Sigajang laleng lipa

    Sigajang laleng lipa adalah tradisi dalam kebudayaan Suku Bugis berikutnya untuk menyelesaikan masalah dengan pertaruhan nyawa. Tradisi ini bisa memakan korban jiwa dan mengerikan. Tradisi ini seperti membiarkan orang berduel dalam satu sarung dengan membawa badik. 

    Mereka akan saling serang dan adu kekuatan hingga ada yang kalah atau menyerah, entah karena terluka atau meninggal dunia. Di satu sisi, tradisi ini menggambarkan kekuatan orang Bugis yang tak gentar mempertahankan harga diri maupun keluarganya.

  • Angngaru

    Kebudayaan Suku Bugis bernama angngaru ini adalah ikrar kesetiaan rakyat atau prajurit kepada sang raja. Saat genderang perang ditabuh, rakyat akan maju dan siap mengorbankan jiwa raga mereka.

    Rakyat akan menjalankan titah raja tersebut. Sementara raja adalah sosok yang dianggap sebagai berjiwa pengayom dan dicintai rakyatnya.

  • Mappere

    Mappere merupakan tradisi Suku Bugis untuk mengucap syukur dan berterima kasih atas panen yang berlimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi ini masih eksis hingga kini di Kabupaten Bone.

    Tradisi ini bak pesta rakyat. Dalam praktiknya, gadis-gadis akan mengayunkan tangannya kepada beberapa laki-laki dewasa yang akan menarik tali ayun. 

    Tradisi ini memerlukan keberanian untuk mengayunkan badan hingga belasan meter. Tradisi ini juga didasarkan pada kepercayaan bahwa ladang warga akan tumbuh subur dan diberkati oleh gadis yang berayun-ayun tadi.

    Mereka diibaratkan seperti bidadari yang jatuh dari langit. Masyarakat akan datang untuk berkumpul, bersyukur, dan berdoa bersama.

    Tradisi ini kemudian menjadi budaya yang umumnya dilakukan pada waktu tertentu, terutama jika seseorang dianggap cukup mapan.

  • Mabbaca doang

    Arti dari nama tradisi ini adalah “membaca doa”. Ini adalah tradisi metode membaca doa yang dilakukan oleh seseorang yang terpercaya dalam komunitas membacakan doa.

    Orang tersebut biasanya ustaz, pemimpin adat, atau imam dari masjid terdekat. Mereka akan membacakan doa di waktu tertentu, misalnya saat seseorang dianggap telah cukup mapan secara finansial.

Baca Juga: 12 Tarian Daerah Sulawesi Selatan dengan Ciri Khas yang Unik

Itu dia sejarah panjang Suku Bugis serta ragam tradisi budaya yang penuh warna. Yuk, perluas wawasan kamu mengenai ragam budaya di Indonesia yang begitu kaya ini serta akses informasi lainnya bersama WonderVerse Indonesia.

WonderVerse adalah platform yang menyediakan pengalaman virtual untuk melihat kebudayaan dan keindahan Indonesia. Bersama WonderVerse, kamu bisa menjelajah alam Indonesia dan melihat ragam hewan khas Indonesia, mengenal beragam budaya dan pakaian adat Indonesia, hingga membeli makanan dan souvenir khas Indonesia.

Yuk, rencanakan liburan impian kamu di Indonesia dengan menjelajahi keajaiban alam Indonesia dari universe lain dengan WondeReal Land. Untuk pengalaman yang lebih terasa, kamu bisa memainkannya dengan bantuan 360 VR. 


Melalui WondeReal, kamu bisa memesan semua akomodasi mulai dari tiket pesawat, wisata, hingga transportasi lokal harian. Penasaran seperti apa? Yuk, kunjungi WonderVerse Indonesia Indonesia di halaman ini!

news highlight